Sering saya merasa sumpek dan stress menghadapi kemacetan,polusi,dan suhu udara yang luar biasa panas di kota metropolitan Jakarta. Hanya pada saat-saat tertentu saya bisa menikmati kehidupan yang tanpa macet,minim polusi,dan suhu udara yang segar di kota Jakarta. Saya bisa merasakan Jakarta yang tanpa macet bila kebetulan berada di Jakarta pada saat libur Lebaran. Saya bisa menikmati Jakarta yang minim polusi waktu olahraga pagi saat Car Free Day. Saya bisa menikmati suhu udara yang segar di kota Jakarta hanya pada saat di dalam gedung kantor dan mall ber AC. Maka itu saya sangat antusias bila ada kesempatan berlibur ke suatu tempat yang yang berudara segar dan bebas polusi. Kejenuhan dan stress yang menghinggapi saya bisa sejenak hilang bila saya berada di alam hijau yang berlimpah oksigen.
Pada akhir Juni lalu,saya dan 13 blogger lain diundang mengikuti acara Report from The Field oleh VHR Media ke Kampung 99 Pepohonan. Kampung 99 yang terletak di Meruyung merupakan kawasan hijau yang dihuni oleh komunitas yang terdiri dari sekitar 20 keluarga. Komunitas di Kampung 99 bisa hidup sehat diantara rerimbunan pohon yang mereka tanam. Komunitas ini juga dapat hidup secara mandiri dengan cara bertani, berkebun, membudidayakan ikan,beternak sapi,kambing,bebek,entog,ayam,kuda,dan juga rusa di kawasan Kampung 99.
Kampung 99 Pepohonan kami capai setelah menempuh perjalanan selama 1,5 jam dari kantor VHR di Ragunan. Setelah sampai di Kampung 99,saya dan rekan blogger lainnya segera diajak panitia Report from The Field ke tempat menginap. Sesaat setelah masuk di kawasan Kampung 99,takjub rasanya waktu saya melewati restoran bertingkat satu yang 90 % arsitekturnya terbuat dari kayu. Nuansa rock n roll kental terasa saat melewati restoran tadi,karena foto-foto The Beatles dan Rolling Stones menghiasi sebagian besar dinding restoran.
Kami pun tiba di tempat penginapan,yang merupakan sebuah rumah panggung besar terbuat dari kayu.Rumah yang kami inapi ini cukup besar,memiliki balkon yang cukup luas,dimana dari balkon kita bisa menikmati udara yang segar sambil memandang pepohonan yang rimbun
Di seberang penginapan kami,ada sebuah balai yang juga terbuat dari kayu, yang merupakan tempat pertunjukan musik pada akhir pekan.
Setelah beristirahat dan makan siang,kami menerima welcome speech dari Mbak Santi selaku salah satu anggota komunitas Kampung 99. Dalam sesi perkenalan ini,mbak Santi menceritakan bahwa Kampung 99 pepohonan dulunya merupakan lahan kritis yang tandus. Saking tandusnya,pada waktu musim panas suhu di kawasan ini bisa mencapai 35 derajat Celcius. Edi Jamaludin seorang yang berjiwa hijau berinisiatif membeli lahan seluas 500 m persegi di kawasan tandus ini pada 2002, dengan tujuan menanam 10 pohon setiap harinya. Tak disangka lahan yang dulunya tandus bisa berubah menjadi rimbun dengan pepohonan dalam waktu singkat. Akhirnya Edi Jamaludin memutuskan pindah dari rumahnya di belakang Citos ke kawasan Kampung 99. Edi Jamaludin juga mengajak kerabatnya untuk tinggal di kawasan Kampung 99.Tanah yang tadinya dibeli hanya 500 m sekarang sudah 5 hektar dan ditinggali oleh sekitar 20 keluarga yang masih bersaudara dengan Edi Jamaludin.
Selesai sesi perkenalan,kami diajak untuk mengumpulkan daun-daun dan batang-batang kering,juga biji jati putih yang berserakan di sekitar Kampung 99. Batang dan daun kering yang kami kumpulkan akan dijadikan bahan pembuat pupuk kompos,sedang biji jati putih akan disemaikan menjadi bibit pohon.
Setelah itu kami diajak melihat kolam pembudidayaan ikan dan juga peternakan kambing dan sapi di Kawasan Kampung 99 pepohonan. Di tempat peternakan,kami diajar cara memerah susu,memotong bulu kambing,dan juga cara membuat pupuk.
wuihh segernya minum susu hasil perahan sendiri
mas Tri sedang menjelaskan cara membuat kompos
Menjelang magrib,tur di peternakan Kampung 99 selesai.
http://yoszuaccalytt.blogdetik.com/2011/07/05/menikmati-kehidupan-di-hijaunya-kampung-99-pepohonan/